PROSES
TERJADINYA CEKAMAN KEKERINGAN PADA
TANAMAN
Cekaman air bagi tanaman merupakan fenomena yang
sering dihadapi oleh hampir semua jenis tanaman yang hidup dan tumbuh pada
suatu habitat, karena diantara faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh secara
interaktif, unsur air merupakan faktor lingkungan yang mempunyai variasi yang
tinggi diberbagai wilayah.
Dalam lingkup kehidupan tanaman cekaman air
mempunyai 3 dimensi yaitu : cekaman
karena kekurangan, kelebihan (tergenang) ataupun dalam konteks karena kadar
logam maupun garam dalam air yang tinggi. Ketiga hal tersebut mempunyai dampak
yang spesifik terhadap kehidupan tanaman.
Cekaman air pada tanaman pada umumnya terjadi
karena beberapa hal yaitu :
- Ketersediaan air dalam media tanam tidak mencukupi atau berlebihan
- Transpirasi yang berlebihan
- Kombinasi antara keduanya.
Kenyataan dilapang pernah menunjukkan walaupun di
dalam tanah air cukup tersedia namun tanaman dapat mengalami cekaman air, hal
ini terjadi jika kecepatan absorbsi tidak dapat mengimbangi kecepatan
kehilangan air melalui proses transpirasi.
Proses penyerapan (absorbsi) air dipengaruhi oleh
: 1). Kecepatan kehilangan air, 2).
Penyebaran dan efisiensi sistem perakaran dan 3). Potensial air tanah serta
daya hantar air tanah. Di sisi lain kecepatan
transpirasi ditentukan oleh 1). Luas dan
struktur daun 2). Stomata dan 3 ).
Faktor lingkungan yang mempengaruhi perbedaan potensial air tanaman dan
udara. Karena perbedaan faktor yang
mempengaruhi ini maka kecepatan absorbsi air dan transpirasi tidak selalu
sama. Jika kecepatan absorbsi lebih
rendah dari transpirasi maka akan terjadi cekaman kekeringan, misalnya pada
tengah hari cekaman air terjadi karena absorbsi lebih rendah dari transpirasi
dan hal ini disebut dengan “defisit absorbsi (absorbtion lag)”.
Absorbtion lag ini terjadi karena 1). Adanya
perbedaan faktor yang mempengaruhi absorbsi dan transpirasi dan 2). Hambatan pergerakan air di dalam
tanaman. Cekaman air yang ditulis
tersebut seolah-olah hanya ditentukan oleh adanya transpirasi yang
berlebihan. Cekaman kekeringan semacam
ini disebut dengan cekaman tengah hari yang sifatnya hanya sementara. Cekaman tengah hari semacam ini terjadi
karena jika hari panas yang menyebabkan suhu udara tinggi dan kelembaban udara
yang rendah. Jika kita perhatikan lebih mendalam tanaman yang tumbuh pada media
tanah yang relatif cukup air tetapi dalam kondisi cuaca yang panas (suhu
tinggi) tampak bahwa tanaman menunjukkan kelayuan.
Berbeda dengan cekaman tengah hari yang sifatnya
hanya sementara, cekaman air yang terjadi karena ketersediaan air tanah yang
rendah umumnya bersifat waktunnya lebih panjang. Cekaman air ini juga lebih mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Fenomena tentang kasus terjadinya cekaman air pada
tanaman akan dapat terjadi dengan memperhatikan uraian berikut ini, jika kita
menanam tanaman pada tanah yang kandungan airnya relatif cukup tinggi, misalnya
pada kapasitas lapang. Pada malam hari
saat stomata menutup potensial air dalam tanaman sama dengan potensial air
tanah. Begitu pagi hari saat muncul
sinar matahari maka stomata akan membuka dan air akan menguap dari daun. Akibatnya potensial air dalam daun akan turun
sehingga terjadilah pergerakan air dari dalam tanah ke tanaman dan akhirnya
menuju ke atmosfer lewat transpirasi.
Apabila kecepatan transpirasi lebih besar dari kecepatan absorbsi air
maka terjadi cekaman kekeringan, agar tidak terjadi kelayuan pada tanaman maka
kecepatan air yang masuk (absorbsi air) harus sama dengan dengan kecepatan air
yang keluar dari daun (transpirasi).
Karena intensitas radiasi matahari
yang merupakan sumber energi transpirasi akan meningkat terus sampai
tengah hari, aliran air dari daun juga akan meningkat sampai tengah hari,
peningkatan tersebut akan turun saat intensitas radiasi sinar matahari mulai
menurun.
Jika kondisi terus berlangsung pada hari-hari
berikutnya dengan tanpa adanya penambahan air pada media tanah, karena adanya
penguapan maka potensial air dalam tanah akan menurun. Akibatnya aliran air
akan semakin lambat karena ketiadaan kandungan air lagi dalam tanah. Jika proses kehilangan air tersebut dibiarkan
terus terjadi dan tidak dilakukan penambahan air maka penutupan stomata akan
semakin lama dan semakin awal waktunya (semakin pagi). Sampai pada suatu saat stomata akan menutup
terus menerus selama siang dan malam.
Dan daun akan mengalami layu tetap (layu permanen). Pada keadaan ini pertumbuhan terhenti dan
potensial air tanah, potensial air akar dalam keadaan relatif seimbang pada
nilai yang rendah sehingga kehilangan air karena transpirasi juga rendah.
Pada fenomena lain dari cekaman air ditunjukkan
dengan terdapatnya tanaman yang mengalami cekaman air karena berlebihan. Cekaman air yang berlebihan pada dasarnya
menimbulkan terjadinya kondisi lingkungan mempunyai reaksi asam, karena lebih
bersifat an aerob. Akibat kondisi yang
an-aerob ini lebih banyak terjadi reaksi reduksi-oksidasi, sehingga akar sulit
berkembang karena persediaan oksigen yang sangat rendah. Dengan demikian akar yang berperan sebagai
absorber (penyerap) air dan hara menjadi terganggu. Selain itu kondisi yang an-aerob juga
berakibat pH tanah akan turun, sehingga logam-logam di dalam tanah dapat
bersifat toksik bagi tanaman. Pada kondisi
tanah yang an-aerob berpengaruh terhadap terhambatnya aktifitas mikro organisme
alam tanah, terganggunya fungsi akar, kondisi kimia tanah terutama yang
berhubungan dengan pH tanah. Pada tanah dengan kondisi air yang berlebihan
potensi terjadinya pencucian hara dalam tanah semakin besar, terutama pada
tanah yang mempunyai kemiringan tinggi.
Potensi redoks dan konsentrasi oksigen di dalam
tanah akan mengalami perubahan cukup besar bila kondisi tanah tersebut berada
dalam kondisi kelebihan air sehingga perakaran terganggu. Pada kondisi tersebut pertukaran gas di dalam
tanah menjadi tidak lancar.
Kondisi media tumbuh yang an-aerob berdampak pada
terjadinya perubahan reaksi kimia di dalam tubuh tanaman, terutama perakaran.
Pada kondisi an-aerob menyebabkan terjadinya perubahan senyawa kimia di dalam
tubuh tanaman yaitu amina-siklopropan-1-karboksilat (ACC) menjadi etilen
(Salisbury dan Ross, 1995). Dalam
kondisi demikian tanaman akan mengalami keracunan ethilen yang secara
morfologis diperlihatkan oleh adanya gejala klorosis pada daun, berkurangnya
pemanjangan tanaman, penebalan batang, pelayuan, pengguguran daun serta
terhambatnya pemanjangan akar. Pada
kondisi tergenang air konsentrasi gas ethilen menjadi meningkat dibandingkan
dengan tanaman dalam kondisi normal.
Dampak Cekaman Air terhadap Aktifitas
Kehidupan Tanaman.
Aktifitas
kehidupan tanaman pada umumnya mencakup tiga aspek yaitu : aspek agronomis,
fisiologis dan aspek biokimia. Pengaruh
yang cukup nyata terhadap aspek agronomis antara lain terjadinya perubahan
penampilan ukuran tanaman, daun, perakaran, pembungaan dan hasil biji
(panen). Sedangkan terhadap aspek
fisiologis meliputi ; laju fotosintesis, akumulasi bahan kering, transpirasi,
aktifitas stomata dan lain sebagainya.
Pada aspek biokimia pengaruh cekaman kekurangan air mencakup perubahan
konsentrasi hormon, misalnya kandungan prolin dan asam absisat pada tanam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar